Metode,teori dan sejarah perkembangan Antropologi di Indonesia

 


Metode,teori dan sejarah perkembangan Antropologi di Indonesia

Nama: Feni Nasution

Nim: 243300020038

Dosen Pengempu: Serepina Tiur Maida,S.Sos.,M.Pd.,M.I.Kom


1. Metode dalam Antropologi

Antropologi menggunakan metode penelitian kualitatif yang khas dan mendalam. Berikut beberapa metode utama:

a. Observasi Partisipatif

  • Peneliti terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat yang diteliti.

  • Sering tinggal dalam jangka waktu lama (metode etnografi).

  • Contoh: Clifford Geertz di Jawa Timur.

b. Wawancara Mendalam

  • Menggali informasi dari informan kunci.

  • Bersifat terbuka, fleksibel, dan kontekstual.

c. Studi Dokumentasi

  • Menggunakan arsip, foto, surat kabar, catatan sejarah, dsb.

d. Life History (Riwayat Hidup)

  • Merekam pengalaman individu sebagai representasi dinamika budaya.

e. Metode Komparatif

  • Membandingkan budaya atau praktik sosial antar masyarakat untuk menemukan pola umum dan perbedaan lokal.

2. Teori-teori Antropologi

Teori dalam antropologi berkembang seiring waktu, baik di tingkat global maupun lokal. Berikut adalah teori-teori utama:

a. Evolusionisme Klasik (abad ke-19)

  • Budaya berkembang melalui tahapan: primitif → barbar → beradab.

  • Tokoh: Edward B. Tylor, Lewis H. Morgan.

b. Fungsionalisme (awal abad ke-20)

  • Budaya dipandang sebagai sistem yang saling terkait dan berfungsi.

  • Tokoh: Bronislaw Malinowski, A.R. Radcliffe-Brown.

c. Strukturalisme

  • Budaya dianggap sebagai sistem simbol yang berpola.

  • Tokoh: Claude Lévi-Strauss.

d. Konstruksionisme Sosial dan Interpretatif

  • Budaya dilihat sebagai hasil konstruksi makna yang ditafsirkan subjek.

  • Tokoh: Clifford Geertz (pendekatan interpretatif, simbolik).

e. Teori Ekologi Budaya

  • Fokus pada hubungan antara budaya dan lingkungan.

  • Tokoh: Julian Steward.

f. Teori Modernisasi, Globalisasi, dan Postmodernisme

  • Kajian tentang dampak perubahan global, kolonialisme, dan kritik terhadap pendekatan "barat-sentris".

3. Sejarah Perkembangan Antropologi di Indonesia

Perkembangan antropologi di Indonesia terbagi dalam beberapa fase:

a. Masa Kolonial (Abad ke-19 – 1942)

  • Antropologi muncul sebagai alat pemerintah kolonial Belanda.

  • Fokus: pemetaan etnis, adat, dan struktur sosial.

  • Lembaga penting: Kantoor voor Inlandsche Zaken, Ethnographisch Museum.

  • Tokoh Belanda: J.P.B. de Josselin de Jong, Snouck Hurgronje.

  • Pendekatan bersifat etnografi-deskriptif, belum kritis terhadap kolonialisme.

b. Masa Kemerdekaan Awal (1945–1960-an)

  • Antropologi mulai berkembang sebagai ilmu akademik.

  • Koentjaraningrat mendirikan program studi Antropologi di Universitas Indonesia (1957).

  • Fokus kajian: kebudayaan daerah, integrasi nasional, pembangunan.

c. Orde Baru (1966–1998)

  • Antropologi digunakan untuk mendukung pembangunan nasional (development anthropology).

  • Kajian lebih teknokratik dan normatif, mendukung stabilitas.

  • Banyak proyek LSM, pemerintah, dan universitas berfokus pada masyarakat adat dan transmigrasi.

d. Masa Reformasi dan Kontemporer (1998–sekarang)

  • Antropologi semakin kritis dan reflektif.

  • Fokus: identitas, politik lokal, gender, lingkungan, masyarakat adat, multikulturalisme, dan hak asasi manusia.

  • Muncul pendekatan postmodern dan interdisipliner.

Beberapa Tokoh Antropologi Indonesia

Nama Kontribusi
Koentjaraningrat Pelopor antropologi budaya Indonesia, pengarang Pengantar Ilmu Antropologi.
Harsya W. Bachtiar Ahli antropologi fisik, juga pengembang sejarah dan sosiologi.
Ignas Kleden Mengembangkan pendekatan kultural dan kritik sosial.
Sartono Kartodirdjo Sejarawan yang menggunakan pendekatan antropologi budaya dalam sejarah.

Daftar Pustaka

  1. Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

  2. Geertz, C. (1960). The Religion of Java. Chicago: University of Chicago Press.

  3. Kleden, I. (2004). Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: Kompas.

  4. Bachtiar, H. W. (1973). Pengantar Antropologi Sosial. Jakarta: UI Press.

  5. Hefner, R. W. (1990). The Political Economy of Mountain Java. Berkeley: University of California Press.

  6. Schrieke, B. (1955). Indonesian Sociological Studies. The Hague: Van Hoeve.

  7. Tsing, A. L. (2005). Friction: An Ethnography of Global Connection. Princeton: Princeton University Press.


Komentar

Posting Komentar